Menurut sebagian persepsi, yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang lezat atau sesuatu yang memiliki rasa, seperti halnya makanan dan minuman. Lalu mungkinkah rasa nikmat juga terdapat di dalam ibadah yang kita kerjakan?
.
Tentu saja jawabanya sangat mungkin sekali. Karena sejatinya rasa nikmat atau kelezatan itu "muaranya" adalah di hati dan perasaan kita, bukan yang tertancap pada indra kita yang lima.
.
Bagi kebanyakan manusia, mungkin duren adalah buah yang lezat dan nikmat dikarenakan aromanya yang harum dan rasanya yang sangat memanjakan lidah. Tapi bayangkan bagi sebagian orang yang kurang suka bahkan benci terhadap si duren ini, jangankan memakannya, menciumnya saja sudah serasa ingin muntah.
.
Mungkin ada baiknya kita simak sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, “Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 67)
.
Pada hadits tersebut, beliau menyebutkan bahwasanya iman itu rasanya manis dan bisa dirasakan. Rasa manis ini tentu saja hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang "jujur kecintaannya" terhadap Allah dan Rasul-Nya.
.
Adapun orang-orang fasiq, ahli maksiat dan sejenisnya, tentu saja tidak dapat menikmati lezatnya iman tersebut.
(bimbinganislamcom)
📌 Jangan lupa diamalin ya sahabat-sahabat & share jika bermanfaat 😊
Kunjungi Instagram kami
@kkd_man3medan
#kkd_Allahuakbar
